Cerebellumerepet

Tulisan2 personal gue maupun chip-chop dari sana-sini as reference, yang menurut gue pas sama suasana saat gue posting. Bukan mau nge-guru-in, bukan juga mau mendoktrin. Kalo ada yg setuju ya monggo, kalo ada yang tersinggung ya maaf. Ini internet dul! Jangan ngatur dong deh. Yuk mari...

05 June 2009

Bila Matohara Jadi Pintu Surga Wakatobi

(Re-post)
Sumber : Gatra Nomor 6 Beredar Kamis, 20 Desember 2007
20 Desember 2007

Dari jarak 500 meter, hamparan pasir putih di Pantai Pulau Hoga tampak sepi. Tidak terlihat tanda-tanda kehidupan manusia di atas pesisir pulau nan cantik di Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu. Padahal, untuk sampai di Hoga, hanya dibutuhkan waktu 40 menit dengan perahu motor dari Wanci, sebuah kota cukup ramai di Pulau Wangiwangi yang ibukotanya Wakatobi.

Turun dari speedboat, baru tampak ada belasan pekerja bangunan yang sedang rehat makan siang di sebuah pondok. Lokasinya tak begitu mencolok karena terlindung rimbun pepohonan. Mereka melahap nasi kasuami, masakan khas Wakatobi, ditemani ikan bakar dan sayur. Beberapa unit resor telah berdiri setengah jadi. Toh, kegiatan mereka seperti tak mengusik keheningan Pulau Hoga.

Kehidupan Pulau Hoga tidak berdentang di daratan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi memang ingin membiarkannya tetap sunyi dengan tidak mengizinkannya dihuni secara permanen. Kalaupun resor boleh berdiri, itu dalam jumlah terbatas dan dioperasikan dalam format wisata alam yang tidak eksploitatif. Maklum, Pulau Hoga menjadi bagian dari Taman Nasional Wakatobi.

Kehidupan Hoga sendiri ada di bawah laut. Ada kesibukan yang luar biasa di sana. Hanya dengan berenang sejauh 15-20 meter dari bibir pantai, kita sudah sampai di perairan bening sedalam 3 meter. Cukup pula dengan modal kacamata air dan corong pernapasan (snorkel), kita sudah bisa menikmati panorama kehidupan bawah laut yang indah. Ada terumbu karang warna-warni yang tumbuh menawan bak taman bunga.

Taman laut itu makin beraneka ragam bila kita menyusur ke tempat yang makin dalam. Pada jarak 100 meter dari pantai, di kedalaman 10 meter, tampaklah gerumbul vegetasi laut yang makin mempesona. Variasi bentuk dan warna karang laut yang menghuni tempat itu seperti tak terhitung banyaknya. Semua spektrum warna ada di sana. Secara keseluruhan, kawasan Wakatobi menyimpan kekayaan berupa 396 spesies karang laut. Terkaya di dunia.

Perairan Karibia, yang kondang dengan wisata lautnya, belum cukup menjadi tandingan Wakatobi. Di Karibia hanya ada 50 jenis karang. Laut Merah, yang dikenal sebagai gudang terumbu karang, hanya punya koleksi 300 jenis. Belum lagi kekayaan aneka ragam ikannya. Di Wakatobi tercatat ada sekitar 600 spesies ikan.

Jangan heran bila di antara terumbu karang di Pantai Hoga itu terdapat pelbagai jenis ikan yang tenang berenang ke sana-kemari. Ada ikan napoleon, kerapu bebek, takhasang, atau argus bintik yang cantik. "Surga laut itu ada di Wakatobi," ujar Ir. Hugua, bupati di kabupaten kepulauan itu.

***

Nama Wakatobi baru muncul pada 1996, dengan merangkum nama empat pulau utama di kawasan itu, yakni Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Sejak itu pula, perairan ini ditetapkan sebagai taman nasional. Sebelumnya, ia disebut Kepulauan Tukang Besi, termasuk Kabupaten Buton. Kepulauan yang hanya memiliki daratan seluas 820 kilometer persegi, berpenduduk 100.000 jiwa, dan memiliki kawasan laut seluas 18.000 kilometer persegi itu mekar menjadi kabupaten sejak 2003. Dari luas keseluruhan, 3.070 kilometer persegi di antaranya menjadi kawasan taman nasional.

Sebagai kepala daerah, Ir. Hugua menyadari harus membangun daerahnya tanpa mengusik taman nasional. Maka, ia ingin "menjual" kekayaan laut untuk ekowisata. Ia tahu, daerahnya diakui sebagai surga laut. Sejumlah milyarder dunia, termasuk "raja software" Bill Gates, pernah datang menikmati panorama surga Wakatobi. Tapi Hugua ingin lebih banyak turis yang berkunjung. Tidak cukup hanya orang berduit yang datang dengan pesawat khusus ke resor swasta yang punya air-strip, landasan pacu mini, karena rakyat tak kecipratan rezekinya.

"Visi kami sekarang ialah bagaimana menciptakan surga di darat," ucap Hugua. Maksudnya, ia harus mengelola sumber daya laut, porsinya 97% dari luas daerah, untuk kepentingan rakyatnya. Hugua, putra asli Wakatobi ini, lantas memaparkan aset daerahnya di luar laut, yakni 39 pulau, tiga gosong, dan tiga atol. Sebuah kawasan eksotik.

Hugua merasa kesulitan mengamankan daerahnya dari pencuri karang laut dan penjarah ikan. Laode Hajifu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, merasa sering kecolongan. Armada yang dimilikinya tak kuasa melumpuhkan mereka. "Saya pernah ditertawakan oleh mereka," kata Hajifu, mengenang pada saat kapalnya terengah-engah memburu kapal pencuri ikan dari negara tetangga. Mesin kapal penjarah lebih kuat dibandingkan dengan mesin perahu petugas.

Yang kini menjadi titik perhatian Laode Hajifu ialah bagaimana masyarakat dapat menikmati kekayaan laut melalui bisnis pariwisata dan usaha perikanan, tanpa merusak kelestarian ekosistemnya. Itu bukan urusan sepele. Tak mengherankan, Pemkab Wakatobi dengan senang hati menerima uluran kerja sama dari Coremap (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), lembaga internasional yang peduli pada kelestarian terumbu karang.

"Wakatobi adalah Coremap, Coremap adalah Wakatobi," kata Hugua menggambarkan eratnya hubungan dengan lembaga asing itu. Coremap membantu pemkab memasyarakatkan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan sumber daya laut. Hasilnya, Pak Bupati mengklaim, kerusakan ekologi bisa ditekan. "Karena tidak ada bom ikan, racun sianida, orang bisa berenang di mana saja. Itu kerja Coremap," ujar Hugua.

Program Coremap di Wakatobi ada tiga tahap, dan kini sudah masuk tahap kedua. Seperti tampak di Kampung Samabahari --40 menit dengan kapal motor dari Wanci-- ibu kota Wakatobi yang ada di Pulau Wangiwangi, Coremap tak cuma melarang pemakaian bom dan sianida atau mengutuk pencurian ikan napoleon dan pengambilan karang laut.

Petugas lapangan Coremap juga melatih mereka menangkap ikan dengan cara yang lebih aman bagi ekosistem, seraya merawat karang laut sebagai habitat ikan. Hasilnya, "Populasi ikan malah naik 20%," kata Hugua. Rakyat pun dilatih menangani usaha budi daya ikan dan rumput laut serta penanganan pasca-panennya.

"Kita tangkap ikan itu harus, karena kita harus cari makan. Tapi jangan kau pakai bom atau bius. Jangan pula tangkap napoleon! Itu dilarang," tutur Rustam, pria Bajo berusia 39 tahun yang menjadi petugas lapangan Coremap. Apalagi, menurut Rustam, yang juga tokoh setempat, bagi orang Bajo yang banyak bermukim di Wakatobi, laut adalah saudara mereka. "Laut adalah abang orang Bajo. Tak mungkin mereka rusakkan karang," katanya.

Bupati Hugua pun pantang berkompromi dengan para perusak laut. "Jangan coba bikin rusak karang di Wakatobi. Berani coba, masuk penjara!" ia mengancam. Penggunaan bom, misalnya, kata Hugua, hanya memberi hasil sekali pukul. Namun ia meninggalkan kerusakan luar biasa. Karang laut mati, ekosistem porak-poranda, dan ikan-ikan pergi. "Kalau itu terjadi, kita semua susah," ujarnya.

***

Yang masih jadi ganjalan bagi Hugua adalah bagaimana membuka Wakatobi bagi wisatawan umum. Mencapai kawasan surga laut ini tidak semudah pergi ke Pulau Bali, misalnya. Untuk berlibur ke Wakatobi, diperlukan perjuangan berat, khususnya bagi turis biasa. Mereka harus transit di Makassar, lalu terbang 45 menit lagi ke Kendari. Dari ibu kota Sulawesi Tenggara itu, perjalanan dilanjutkan dengan kapal motor ke Wanci selama sembilan jam. Melelahkan!

Kalau mau jalur cepat, ya, langsung ke Pulau Tomia. Di sana ada air-strip yang bisa didarati pesawat ringan. Namun jalur penerbangan Denpasar-Tomia dan Kendari-Tomia, seperti dikatakan Bupati Hugua, praktis dikuasai Wakatobi Dive Resort, yang mengoperasikan pondok wisata di Pulau Onemooba. Pulau mungil tak jauh dari air-strip Tomia itu telah 10 tahun menjadi tujuan wisata penggemar selam.

Namun Lorenz Mader, pengusaha asal Swiss yang menjadi pemilik resor itu, mungkin juga tidak salah-salah amat. Ia telah menanamkan modal untuk membangun Onemooba dan infrastruktur di Tomia bagi usahanya. Maka, jalur penerbangan yang dirintisnya pun digunakan untuk membawa tamunya ke Onemooba, pulau yang resmi disewanya dari pemerintah untuk jangka waktu 30 tahun.

Sebagai pengusaha, Lorenz pun cekatan. Ia mau berpromosi ke sana-kemari. Pada ajang promosi wisata laut di Orlando, Amerika Serikat, tahun lalu, ia membuka pavilyun promosi sebesar ruang pamer yang disewa Pemerintah Indonesia. Hugua kesal. "Orang di sana tahunya Wakatobi itu milik Lorenz," ujarnya, jengkel.

Apa pun, Aris Kabul, Asisten Direktur Public Awareness Coremap II, mengakui bahwa dalam hal konservasi laut, Lorenz boleh diacungi jempol. "Dia pelihara betul Pulau Onemooba. Karang-karang dan ikan-ikannya terjaga untuk wisatawan yang ingin snorkelling atau diving. Tapi, dari aspek bisnis, dia monopoli," kata Aris.

Toh, Hugua menyadari bahwa itu risiko bisnis. Hanya saja, dia tidak mau kalah. Ia mendirikan resor tandingan di Pulau Hoga. Untuk membuka akses ke sana, ia membangun bandar udara dekat kota Wanci di Pulau Wangiwangi. Sasarannya, ada penerbangan reguler dari Denpasar, Makassar, dan Manado ke Wakatobi.

Turis yang datang ke Wakatobi pada 2007 ini diperkirakan 3.000 orang. Sebagian besar tentu menjadi tamu Wakatobi Dive Resort, yang memasang tarif US$ 1.940 untuk tamu yang menginap seminggu dan US$ 2.840 untuk tamu yang mengambil pakel 11 hari. Bila Matohara, begitu nama yang disiapkan untuk bandara baru itu, sudah beroperasi, Hugua yakin bisa menjaring 50.000 turis asing. Matohara pun disebutnya pintu surga. [Edward Luhukay]

28 February 2007

Disiplin itu susah, tau!

Buat kebaikan diri sendiri aja harus ada tekad dan kemauan yg kuat utk disiplin. Semudah janji gue mau lari pagi dua hari sekali, harus diiming2i sesuatu yg menyenangkan. Jadilah sebuah alasan yg kuat utk menikmati bangun pagi2 jam 5 pagi.

05 February 2007

Jakarta Banjiiiiiiiiiir!!! F***ING WORST EVER!

Jakarta Waterpark!

Gue gatau hrs bilang apa, ngeliat semua channel televisi, dengerin radio2 nyiarin hampir seluruh pelosok Jakarta ibukota metropolitan ini lumpuh cuma sama air hujan. The worst ever kali yah..

Sedih ngeliatin org2 yg masih ngebela2in stay di atap2 rumah, para-para, halte2 busway, bahkan rela tidur di mobil di pinggir2 jalan maupun jalan tol, krn ga bisa pulang. Salah apa yah mereka? Salah ga sih Pemda? Pemerintah? Gubernur? dll? Engga tau laya, gue si lbh seneng nyalahin diri sendiri, yg masih suka buang sampah sembarangan, jarang ikut kerja bakti hari minggu bersihin got, dan kegiatan bersih2 kampung yg semakin lama semakin udah jarang kita liat...

BTW, meski kbanjiran juga dikit di rumah, gue msh bisa enjoy, sama2 pembokat, supir dan kang jaga di rumah, menikmati hidup, di tengah2 air...

Banjir udah bikin susah gue! Gue harus nikmatin! Jangan dibawa bete....

Kok bisa yah, di hari dan tanggal yang sama, lima tahun lalu: 02 02 2002 yg lalu pun Jakarta juga banjir!!

See my pictures at here

29 November 2006

2 November 2006: Past, Present & Future


Pikir2 tadinya ga mau ditulis disini, tapi ah sudahlah...

(11/2/06)12:08PM: Kelek (bukan nama asli): Co, si Buce (bukan nama asli) tu ada2 aja. Td mo telp dia, yg angkat Phil & jdnya Phil mlh crita kl mrk mo pisah gara2 si buce selingkuh. Jd takut ni, inget mama papa dulu.

Begitu isi sms di hp gw. Oya, Kelek, 30, adik cewe gw semata wayang, Buce, 40, itu kakak cewe gw, satu2nya juga, Phil itu suaminya. Spontan gw jawab: Wheeeh??? Apa2an sih? Dan bbrp sms lain dr adik gw masuk menjelaskan agak lebih detail. Dan berakhir dg gw telp dia, krn sms engga ada intonasinya, shg takut emosinya ga kluar, malah salah ngerti.

Selama di telp, kdengeran kl Kelek agak nahan emosi/nangis, msh trauma sm kejadian 5 Des 1982, tgl yg ga pernah gw lupa, saat mama dan papa ribut pergi dr rumah, ninggalin kita bertiga, tanpa pesan, apalagi uang.

Ngebayangin kaya nonton dvd sambil mencet fast forward 24X, gambar2 dr kejadian tsb, berlanjut ke Kelek diambil mama, pindah2 sekolah dr TK sampe SMP berkali2 (ini yg nyebabin adik gw ini sgt susah komunikasi sm gue, dan scr psikologis dia agak introvert, dan hampir tidak kenal papa sbg ayahnya), papa ga tau kmana (oiya, dia pny 3 isteri), trus Buce tinggal dan kawin sm Phil, berhenti kuliah utk cari kerja, dan gw dr SMP hrs numpang di rumah temen s/d tinggal di rmh tante saat SMA, Buce & Phil berhasil ngajak mama & Kelek tinggal bareng serumah, gue nge-kost di bdg, kerja smbl kuliah, sampe wisuda gue Sept 1996, saat itulah utk pertama kali stlh kejadian keluar dr rumah, mama & papa berhasil gue paksa utk berdiri di kiri kanan gue saat foto wisuda di ITB.

Skrg Buce & Phil beranak 3, Kelek beranak 1, gue & istri msh blm pny.

Telp berakhir stlh gw bilang ke adik gw tlg check anak2 di rmh, krn Kelek bilang Buce & Phil pergi dr rmh. Gpp, asal mrk pergi berdua, ga usah dipikirin. Yg penting anak-anaknya di rmh siapa yg nungguin? Kelek & mama sore ksana. Oke, gw ksana plg kerja ya.

Buce, dr SMP emg sgt cewawaan, mudah bergaul, berkali2 pacaran, temennya pun banyak, makanya ga heran dia sgt cepet dapet kerja dan Customer Service melulu dr BII ke BII. Phil, suaminya, versi cowonya mama, kalem, pendiam, cowo rumahan, temennya dikit tapi awet banget, bahkan udah sering ditipu di kerjaan juga masih ditemenin. Sejujur-jujurnya gue sgt berterimakasih sm dia, krn perannya gede banget utk ngembaliin mama, Kelek dan akhirnya papa ke jalan Tuhan. Dan jujur jg gw bangga dia jadi pendeta. Walaupun beda jalur sama gw yg masih Katolik dr lahir, seluruh keluarga gw sdh mapan di Tiberias. Uletnya dia 'nyembuhin' papa yg gonta-ganti agama kaya org ganti HP, sgt gue acungin jempol. Smp papa meninggal pun, gw ga perlu repot ritual keagamaan pd wkt penguburan.

Heran kan knp seorang pendeta bisa pny masalah sm perkawinan?

Ya, pendeta juga manusia, ga bakal sempurna. Kalo scr psikologis (caela), wajar seorang yg rumahan spt Phil pny istri kakak gw yang jarang di rumah (ngurusin bisnis cleaning service keluarga), tentunya faktor curiganya tinggi. Apalagi dikelilingi teman-teman dan keluarga yg juga org rumahan, sama spt sekumpulan jomblo2 yg ga pernah pacaran, berteori tentang pacaran, result-nya adalah permainan imajinasi. Dlm konteks suami isteri, bumbu2nya sgt membahayakan hub rumah tangga, apalagi imajinasinya tinggi. Inti masalahnya adalah Phil dpt berita Buce smkn "dekat" sama salah satu pemain sinetron senior, yg mantan nasabahnya dulu di BII. Buset, kurang sinetron apa coba? Dlm hati gw bingung kok bisa kakak gw deket sm artis sinetron???

Sore, sembari nengokin temen lahiran di RS Bersalin Gandaria, gw sempetin telp ponakan2 di rmh kakak gw di Permata Timur Kali Malang. Echa, 9, anak kakak gw yg plg bungsu, masih kedengaran br hbs nangis, Eggy, 14, kakaknya baru hbs mandi. Gw jg sempat kasitau Eggy, ga perlu bilang ke QQ, 21, kakak tertuanya yg kuliah di Bdg, malam ini semuanya pasti kumpul lg di rumah. Eggy masih bingung, dia bilang papi dr pagi sudah ngebungkus barang2nya dan masukin ke mobil. Tapi kok tadi ngajak mami pergi sambil marah2, Eggy & Echa jd takut. Susah2 gampang ngasih tau anak 14thn, padahal gw ngalamin sendiri ditinggal mama-papa wkt umur 12thn. Bedanya waktu itu gw ga pny siapa2 buat ditelp, dan di rmh jg ga ada telp. Gii, tunggu aja, Oma & Kelek otw ksana, Oom habis dr RS juga lgs ksana. Oke? Kamu anak laki. Ga boleh nangis. Kamu pny adik yang harus kamu jagain. Rmh ga ada org, kamu juga yg harus jaga.

Di jalan dr RS, sm istri, gw ngebahas kejadian ini, maklum, Gandaria - Kali Malang ga deket. Gimana kalo hal ini kejadian sama kita berdua. Syukur2 kita yg baru 3thn lebih dikit kawin, sdh sering ngebahas mslh ini. Prinsip yg msh kita jalanin simple, mau semarah apapun kita berdua msh bisa jalanin komitmen, sblm matahari terbit keesokan harinya, masalah hrs sudah tuntas. Kita juga jd ngebahas soal kemungkinan selingkuh, dr jaman sblm kita kawin kita pny prinsip, bahwa sedosa apapun dimata kita berdua, tujuan akhir perkawinan kita satu, tetap kembali berdua jadi kakek-nenek, di rumah kecil di kampung yg sepi, istri gw berkebun & masak, gw ngangon 1 sapi, sampai mati di satu kuburan yg sama, di Tonjong, Parung. Mudah2an tercapai...

Jam 9 lewat dikit, tol Pd. Gede msh macet aja. Sms Kelek, gmn di rmh?

(11/2/06)09:08PM: Kelek: Br aja sampe nih, buce matanya bengkak2 bekas nangis, & Phil belom kliatan, msh parkirin mobil.

Gw: Uda ada 22nya?

(11/2/06)09:15PM: Kelek: He eh, buce lg makan, Phil liat mobil baru ma Virenz (2thn, anak Kelek yg lucu bgt)

Ga lama sampai di rmh Buce, anak-anak di kamar, gw & istri, mama, Kelek, Buce & Phil di ruang tengah, ngobrol spt tidak ada apa-apa. Wkt Phil mandi, Buce menjelaskan tanpa ditanya kejadian 'klarifikasi' mrk berdua ke sumber gosipnya langsung, sampai masalah mereka clear. Langkah yg tepat.

Jam 11 lewat, semua kumpul di ruang tengah, suami Kelek baru dtg dr kerja jemput Kelek, Virens & mama, cukup sudah rasanya utk mengakhiri hari heboh ini. Mama ngajak berdoa dan tumben2an nyuruh gw yg mimpin. Seumur2 blm pernah gw mimpin doa di depan keluarga gw.

"Tuhan, terima kasih atas hari ini, Kau kumpulkan kami semua di rumah ini. Spt yg Kau tau hari ini, Kau telah tuntun anak-anakMu, kakak kami, dan kakak ipar kami yang kami sayang, & kami banggakan sebagai pelayanMu, menyelesaikan masalah mrk dengan sangat berbesar hati. Biarkanlah kakak-kakak kami ini, mulai hari ini dan seterusnya, tetap bisa kami andalkan, kami banggakan, tetap setia sebagai pelayanMu, sebagai contoh, & sebagai panutan bagi kami semua ttg hidup berkeluarga dengan anak-anak, dengan mama dan adik-adiknya dan semakin memuliakan namaMu. Amin."

18 November 2006

Disiplin bukan kentut!

Ini cerita beneran dr kota Bima, NTB, dan lucunya dari sebuah Puskesmas, organisasi jasa yg kita yakini pelayanannya yaaaa, puskesmas getoloooh...

Tekad seorang kepala Puskesmas RasanaE Timur di kota Bima, NTB meyakininya dan staff puskesmas utk membulatkan tekad utk membuat janji bersama seluruh pegawai untuk melakukan penilaian kinerja pegawai puskesmas secara intensif.

Hasilnya keluarlah buku Kinerja Pegawai Puskesmas RasanaE Timur. Buku ini yg dijadikan pegangan kepala puskesmas dalam menilai kinerja pegawainya. Buku ini harus diisi pegawai setiap hari, lengkap dengan jam-jam kerjanya. Kalo pegawai tidak disiplin, otomatis rugi sendiri, karena isi buku tsb dikonfirmasi ulang oleh setiap kepala staff.

Kedisiplinan itu dievaluasi setiap bulan, dan dicatat juga di buku kinerja. Hasilnya, engga cuma kinerja yang tinggi, tapi insentif setiap pegawai juga meningkat. Sekarang kepala puskesmas bisa dg bangga bilang: tidak ada celah utk tidak profesional dan disiplin di puskesmas saya!

Hebatnya kinerja segelintir org di ujung NTB itu mampu terdengar ke Deutsche Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, Jerman, yg akhirnya memfasilitasi puskesmas tersebut dengan peralatan dan dukungan teknis utk pelayanan yg lebih baik lagi.

(inspired by www.gtzsfgg.or.id)
------------------------------
Disiplin itu emang bukan tekad satu orang doang, tanpa komitmen bareng2 buat ngejalaninnya, bisa jadi ibarat kentut, baunya cuma sebentar.

Kalo di NTB aja bisa, knp di tempat gue engga bisa? Ya pasti bisa!

31 October 2006

JAYALAH NEGERI INI
Bangun pagi2, dari sarapan udah niat baca koran di mobil aja ah, udah siang....
Jam 7 pagi dah macet2an di tol dalem kota, eh buka halaman koran kok ya headline beginian yg diambil mata dan otak gue utk diliat? Kenapa bangsa in terlalu permisif sama hal2 begini ya? Jujur, kadang gue lakuin juga, tapi mulai sekarang pelan2 gue udah ubah sifat permisif ini karena mnurut gue sangat engga mendidik dan engga produktif, ya ngga sih? Gile loe, libur ya libur, mudik ya mudik laa... Waktunya cukup kok. Kalo udah waktunya kerja ya kerja la... Ngapain juga loe harus alesan, iya nih, keretanya telat, ga dapet bis, tiketnya abis yang pagi-pagi. Bukan alesan la ya, loe belinya kapan Dul??? Kalo ga prepare ya eloe yang salah. Titik.

Buka halaman lain, eh gue sampe kaget nih koran kapan sih yg gue ambil;
bener kan koran hari ini? Bener kok.. Gileye, hare geneee masih ngurusin Soeharto lengser. Emang sih, isinya soal perdebatan para pejabat militer yg sedang getol2nya nulis buku dengan persepsinya sendiri2 ttg. suasana seputar lengser dan kerusuhan, cuman ya mbok ya udalayaaa, biarin ajah mereka saling sanggah/debat soal siapa yg paling bener, wong mereka bukan Tuhan, pasti ga ada yg bener!

Enakan liat karikatur ma iklan aja ah... Lebih bisa ketawa pagi-pagi... Eh, ini karikatur apa iklan ya:

Otak Monyet!

Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh kita. Kata Wikipedia ya, bukan kata gue. Gue cuma pinjem istilah doang utk ngasih tau bahwa tulisan2 disini gue tulis dengan penuh kesadaran, namun engga menutup ke-khilaf-an gue sebagai manusia.


Kok monyet? Kata Darwin kita ini kan keturunan monyet. Jadi ga boleh marah kalo kita sering dikatain kayak monyet, karena monyet itu nenek moyang kita.